Thursday, March 28, 2024

Jurnal Penelitian Metode Rubaiyat di Griya Zakat

Belum Bisa Baca Qur'an ?

Anda atau orang yang anda cintai belum bisa baca Qur'an? Ingin bisa baca qur'an dengan cepat dan mudah?

IMPLEMENTASI METODE RUBAIYAT DALAM BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN DI GRIYA ZAKAT KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

Ulfa Nurul Masruroh
IAIN Salatiga
[email protected]

Abstract

Penelitian ini membahas tentang pentingnya pendidikan agama, terutama dalam belajar membaca al-Qur’an, meliputi proses belajar, kendala dan solusi selama proses pembelajaran al-Qur’an menggunakan metode Rubaiyat di Griya Zakat kecamatan Suruh kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dan metode pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode kualitatif yang digunakan adalah metode fenomenologis. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif, dan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode Rubaiyat merupakan salah satu metode yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran al-Qur’an diusia dewasa atau lanjut usia. Proses pembelajaran Rubaiyat yang diterapkan dilakukan dengan model klasikal. Dalam mengatasi kendala yang terjadi selama proses pembelajaran, harus memperbanyak motivasi, sosialisasi terkait belajar al-Qur’an.

Keywords: Metode Rubaiyat, membaca al-Qur’an

Pendahuluan

Setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan sehari-harinya, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama. Dalam UU RI 1945 pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” (Sujatmoko, 2010: 7). Banyak diantara para remaja, bahkan orangtua yang hingga saat ini masih merasa kesulitan untuk membaca al-Qur’an, bukan karena tidak memiliki semangat dan kesadaran untuk mempelajarinya, akan tetapi karena waktu luang yang kurang, atau karena metode yang dianggap kurang cocok. Sehingga banyak diantaranya yang menunda untuk mempelajari al-Qur’an.

Menurut data Kementrian Agama RI, mencatat bahwa 54% penduduk muslim Indonesia buta aksara huruf al-Qur’an. Hasil survey Institut Ilmu Qur’an (IIQ) Jakarta menyebutkan bahwa 65% muslim Indonesia buta aksara huruf al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 54% muslim Indonesia kurang dalam membaca al-Qur’an disetiap harinya. Sementara pertolongan dan rahmat Allah turun salah satunya dengan membaca al-Qur’an. Begitu juga segala permasalahan yang ada dibumi akan terselesaikan atas izin Allah SWT. Maka salah satu cara dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada didunia ini adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya dengan senantiasa membaca al-Qur’an. ( www.rubaiyat.id )

Griya Zakat merupakan salah satu lembaga yang sudah menerapkan program pembelajaran al-Qur’an metode Rubaiyat di daerah Suruh. Metode tersebut merupakan salah satu metode yang paling mudah / dasar dalam mempelajari huruf-huruf al-Qur’an. Dan harapan kedepannya, bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan lancar, bisa memahami serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu cara menganalisis data dengan menjabarkan penjelasan mengenai kejadian yang diperoleh dalam suatu penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), dimana peneliti mengumpulkan data-data melalui penyelidikan berdasarkan lapangan, daerah atau lokasi penelitian guna memperoleh data yang valid dan relevan.

Dan metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologis, yaitu suatu studi tentang kesadaran perspektif pokok dari seseorang, yang dipengaruhi kuat oleh ilmu filsafat, psikologis, dan sosiologis, karena banyak mengkaji pengalaman hidup yang dialami. (Indrawan, 2014: 75 ).

Data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini bersumber dari data kepustakaan dan data lapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiyah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. (Sugiyono, 2017: 224).

1.Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematik fenomena yang diselidiki. Dalam observasi melibatkan 2 komponen, yaitu si pelaku observasi (observer) dan objek yang diobservasi (observer). (Sukandarrumidi, 2004: 69). Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan. (Damayanti, 2016: 75). Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (1995) mengatakan bahwa “though observation, the researcher learn about behaviour and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. (Sugiono, 2017: 226). Observasi difokuskan sebagai upaya peneliti mengumpulkan data dan informasi dari sumber data primer dengan mengoptimalkan pengamatan peneliti. Observasi melibatkan rentang penuh dari kegiatan pemantauan aktivitas dan kondisi perilaku (behavioral) atau bukan perilaku (non-behavioral). (Indrawan, 2004: 134). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dalam proses belajar membaca al-Qur’an menggunakan metode Rubaiyat di Griya Zakat kecamatan Suruh kabupaten Semarang.

2.Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lesan, yang mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya. Sehingga dapat diketahui ekspresi muka, gerak gerik tubuh. Dalam wawancara ini melibatkan dua pihak yang berbeda fungsinya, yaitu seorang pengejar informasi (information hunter) dan seorang pemberi informasi (information supplyer). (Sukandarrumidi, 2004: 88). Wawancara adalah sarana komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian, sehingga data yang diperoleh akan lebih mendalam karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. (Damayanti, 2016: 73). Esterberg (2002) mendefinisikan “a meeting of two persons to exchange information and idea though question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang mendalam. (Indrawan, 2004: 136). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang hatus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam. (Sugiono, 2017: 231). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kendala dan solusi dalam belajar membaca al-Qur’an menggunakan metode Rubaiyat di Griya Zakat kecamatan Suruh kabupaten Semarang.

3.Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dll. (Arikunto, 2010: 274). Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian. (Sukandarrumidi, 2004: 100). Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Bodgan menyatakan “in most tradition of qualitative research. The phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief”. Hasil penelitian observasi atau wawancara akan lebih akurat/kreadibel apabila didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, sekolah, lingkungan sekitar, masyarakat dan autobiografi. (Sugiyono, 2017: 240).
Kajian dokumentasi dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file dan hal-hal yang sudah didokumentasikan. (Indrawan, 2004: 141). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Griya Zakat, sejarah penerapan metode Rubaiyat di Griya Zakat, proses pembelajaran, kondisi peserta didik dalam belajar membaca al-Qur’an menggunakan metode Rubaiyat di Griya Zakat.

Pembahasan

Metode Rubaiyat merupakan metode dasar yang digunakan dalam belajar al-Qur’an bagi orang yang buta huruf al-Qur’an. Dengan kata lain, adalah belum mengenal huruf-huruf hijaiyyah / huruf al-Qur’an. Kata Rubaiyat berasal dari bahasa arab yang berarti serta empat. Karena pembelajaran menggunakan metode ini terdapat empat pembahasan dalam empat pertemuan. Pembahasan dalam metode ini meliputi: mengenalkan huruf al-Qur’an dalam berbagai bentuk rangkaian, belajar kata-kata sederhana dalam al-Qur’an dengan harakat, belajar menguasai kalimat-kalimat dalam al-Qur’an, dan belajar menguasai bacaan sederhana dalam al-Qur’an.

Metode Rubaiyat ini dijadikan sebagai alternatif atau perantara mendekatkan dengan ayat-ayat Allah. Metode ini sudah dikaji dan diuji selama kurang lebih dari sepuluh tahun, sudah dipraktikkan di berbagai negara Asia Tenggara, dan sudah diajarkan di berbagai pulau di Indonesia. Metode ini sudah dibuktikkan kesuksesannya, di trainingkan kepada para muallaf di Kuala Lumpur (1999-2000), Nangro Aceh Darussalam, Kupang NTT.

Metode ini dirancang oleh ustadz Hamim Thohari, B.IRKH yang mana pada saat beliau memegang suatu lembaga, melihat masyarakat yang sedang melakukan yasinan rutinan, yang dibaca bukanlah tulisan arabnya, melainkan tulisan latinnya. Setelah beliau menanyakan kepada salah satu jama’ah yasinan, ternyata yang menjadi penyebab hal tersebut adalah faktor psikologis, yaitu malu. Semacam ada beban mental yang mana diusia yang sudah lansia belum bisa mengenali huruf al-Qur’an, dikarenakan terlalu banyak kesibukan disaat usia remaja sampai dewasa, sehingga tidak bisa belajar al-Qur’an, dan pada akhirnya di usia lansia masih belum bisa mengenali huruf al-Qur’an dengan baik. Pada akhirnya ustadz Hamim menemukan empat tahapan dalam belajar al-Qur’an yang dirasa cocok dalam mengatasi hal tersebut yang kemudian dikenal dengan metode Rubaiyat.

Didalam suatu metode, tentunya tidak terlepas dengan yang namanya keistimewaan dan kelemahan. Diantara keistimewaan dari metode Rubaiyat adalah : mudah, menyenangkan, cepat, dan bergaransi. Sedangkan kelemahan dari metode Rubaiyat adalah harga buku pedoman yang relatif mahal dibandingkan dengan metode-metode lainnya, sehingga masyarakat ekonomi ke bawah masih agak kesulitan membelinya, hanya saja dalam pembelajarannya, pengajar menyediakan alat peraga agar bisa mengikuti dengan baik.

Dalam setiap pembelajaran, tidak selalu berjalan mulus, pastinya ada suatu kendala yang dialami selama proses pembelajaran. Kendala yang dialaminya yaitu ketidak percayaan masyarakat bahwa ada suatu metode yang cepat empat pertemuan bisa baca al-Qur’an, dan kurang adanya konsisten pengajaran pada diri peserta didik maupun pengajar, sehingga hanya sebagian kecil saja yang mampu konsisten sampai akhir pembelajaran. Dalam mengatasi kendala ini, harus selalu saling memotivasi satu sama lain, agar apa yang dituju bisa berjalan secara konsisten dan tercapai.

Penelitian ini bertempat di lembaga Griya Zakat yang beralamat di Jln. Jatirejo-Suruh (kompleks islamic center), desa Padean kecamatan Suruh kabupaten Semarang, yang dilakukan pada 3 Mei 2019. Alasan memilih lokasi tersebut adalah pertama, lembaga Griya Zakat merupakan salah satu lembaga yang sudah menerapkan belajar al-Qur’an menggunakan metode Rubaiyat di daerah wilayah kabupaten Semarang, tepatnya di daerah Padean Suruh. Kedua, lembaga tersebut memperhatikan betul terhadap masyarakat sekitar yang masih kesulitan membaca al-Qur’an dikalangan lanjut usia agar bisa membaca dengan baik. Dan dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian guna pengumpulan data yang valid yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini.

Kesimpulan

Proses pembelajaran al-Qur’an metode Rubaiyat yang dilakukan di lembaga Griya Zakat kecamatan Suruh kabupaten Semarang adalah menggunakan metode klasikal, karena kebanyakan peserta yang mengikuti pembelajaran tersebut adalah orang-orang yang berusia 40, 50, 60 sampai 80 tahun. Sistem yang digunakan dalam pembelajaran Rubaiyat adalah dengan cara mengulang, bukan menghafal. Karena dengan cara mengulang, daya ingat lebih kuat daripada menghafal dikalangan peserta yang lanjut usia. Prinsip dari pembelajaran Rubaiyat ini adalah bagaimana seseorang itu bisa mengenal huruf hijaiyyah. Dalam proses pembelajaran, harus menuntaskan satu bab sebelum lanjut ke bab selanjutnya, dengan tujuan agar terlebih dahulu menguasai satu bab tersebut. Kendala yang dialami selama proses pembelajaran antara lain : gangguan psikologis barrier (malu), waktu yang kurang fleksibel, kurang konsisten (bagi peserta didik), tempatnay kurang terjangkau, kurang komitmen (bagi trainer), kurangnya jiwa pengajar, lingkungan yang kurang mendukung, dll. Dan semua kendala tersebut bisa diatasi dengan memperbanyak sosialisasi dan seminar dilingkungan sekitar maupun di media sosial.

Daftar Pustaka
Al-Qhaththan, Syaikh Manna. 2004. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Athailah, A. 2010. Sejarah Al-Qur’an Verifikasi tentang Otensitas Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Damayanti, Deni. 2016. Pintar Menulis Karya Ilmiah Sejak Bangku Kuliah Esai, Jurnal, Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah Populer. Yogyakarta: Araska
Efendi, Nur. 2016. Studi Al-Qur’an Memahami Wahyu Allah secara Lebih Integral dan Komprehensif. Yogyakarta: Kalimedia.
Indrawan, Rully. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.
Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UIN Maliki Press.
Kodir, Koko Abdul. 2014. Metodologi Studi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwokatun, Nassirun. 2015. Terangilah Rumahmu dengan Cahaya Al-Qur’an. Klaten: Pustaka Rubaiyat Indonesia.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Thabathaba’i, Allamah. 1995. Mengungkap Rahasia AL-Qur’an. Bandung: Mizan
Thohari, Hamim. 2012. Cara Mudah dan Menyenangkan Belajar Membaca al-Qur’an RUBAIYAT. Klaten Utara: Yayasan Dompet Sejuta Harapan.
Zainu, Syaikh Muhammad Jamil. 1995. Bagaimana Memahami Al-Qur’an. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
( www.rubaiyat.com ) diakses pada hari Rabu, 3/10/2018 pukul 01.00.

Terlaris

Kelebihan Belajar Baca Qur'an
dengan Metode Rubaiyat

  • Mendapatkan Paket Rubaiyat
  • Lebih Mudah
  • Lebih Cepat
  • Menyenangkan
  • Garansi Sampai Bisa
  • Menggunakan Zoom Premium untuk bimbingan Gratis
  • Mendapatkan Paket Metode Rubaiyat
  • Trainer Berpengalaman

Belajar Baca Qur'an dengan Mudah Cepat dan Menyenangkan

Mau Pahala Terus Mengalir Tanpa Batas ?

Donasi Pemberantasan Buta Aksara Al Qur'an di Indonesia,

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Media Sosial Rubaiyat

22,036FansLike
3,912FollowersFollow
19,700SubscribersSubscribe
-Metode Rubaiyat-

Artikel Populer