Ujian dan cobaan didunia akan tetap hadir dalam kehidupan manusia. Ia sudah menjadi paket pelengkap dalam diri seseorang ketika terlahir sebagai manusia. Besarnya ujian atau cobaan manusia berbeda-beda. Semua ditentukan oleh kadar keimanan yang dimiliki oleh setiap muslim. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW.
Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” (HR Bukhari).
Ujian dan cobaan adalah proses penguatan iman. Maka hendaknya sebagai seorang muslim menyikapinya dengan bersabar dan menerima semua yang terjadi dengan keikhlasan. Tak perlu berlebihan dalam menyikapi, dengan sikap seperti itu maka ujian dan cobaan akan bernilai pahala dan ampunan Allah SWT.
Jika sedang diuji dan mendapatkan cobaan dari Allah , sudah semestinya membandingkan dengan ni’mat-ni’mat yang masih melekat padanya baik dalam sisi kehidupan religi maupun dalam duniawi. Dengan membandingkannya itu akan nyata betapa banyaknya nikmat yang dirasakan dan betapa kecilnya cobaan yang menimpanya.
Sikap sabar dan bijak dalam menyikapi cobaan tentu tidak mudah dilakukan. Ikhlas menerima ketentuannya akan memberikan energi untuk jiwa menjadi kuat dan yang lebih penting adalah mendapat Pahala yang besar dari Allah SWT. Seperti yang tersurat dalam Al Qur’an Surag Az-Zumar ayat 10 :”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”